Apa yang di maksud dengan metodelogi?
Suatu ketika anda dimintai tolong oleh orang tua anda untuk membuat sebuah resep masakan, sebutlah itu Ayam Rica – Rica dan setelah itu akan muncu beberapa pertanyaan dibenak anda bagaimana cara anda meramu masakan ini menjadi sebuah masakan yang lezat dengan tingkat kepedasan yang tepat dan bercitarasa tinggi. Biasanya untuk Ayam Rica – Rica itu sendiri memiliki ke khasan pada sambal yang lezat, tidak hanya pedas tetapi ada beberapa sensasi yang tidak dapat terjelaskan saat menyatu dengan lidah untuk itu pastilah anda mulai mencari cara bagaimana membuat sambal yang lezat, setelah itu anda memasuki pada tahapan selanjutnya yakni bagaimana dan dengan cara apa anda mengolah bahan dasar cabai untuk di jadikan sambal, apakah itu di tumbuk atau blender ataukah dengan membeli cabai siap masak di pasar swalayan yang menjadi penanda anda telah masuk diwilayah post modernisme. Setelah anda melalui beberapa tahapan lainnya sesuai petunjuk buku resep maka jadilah Ayam Rica – Rica yang lezat dan bercitarasa khas tradisional karena diawal anda sudah memilih mengolah sambal dengan menggunakan cara di tumbuk.
Atau analogi tradisional dapat digunakan, dengan menempatkan metodelogi sebagai pisau. Diketahui pisau memiliki jenis dan fungsinya masing - masing, kita tidak dapat menggunkan pisau pemotong daging untuk memotong rumput atau sebaliknya menggunakan pisau pemotong rumput untuk memotong daging.
Pada analogi di atas dapat dilihat bahwa pemilihan
cara menghancurkan cabai hingga menjadi sambal memiliki beberapa cara dan cara
itulah yang disebut dengan metodelogi yakni cara apa yang akan kita gunakan
dalam memecahkan sebuah masalah. Metodelogi secara harfiah adalah hasil
gabungan dari kata “Metodos” dan “Logos”. Dimana “Metods”
berasal dari dua suku kata yaitu “Metha” yang berarti melalui atau melewati dan
“Hodos” yang berarti jalan atau cara[1].
Sedangkan “Logos” yang berarti ilmu[2],
jadi Metodelogi dapat diartikan
sebagai lmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran,
tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Jika pengkajian hanya terkait tentang metodelogi
saja agak kurang spesifik karena pada dasarnya metdelogi memiliki arti luas dan
dapat digunakan untuk kepentingan apa saja apakah itu untuk pribadi,
independent ataupun untuk kepentintngan sebuah penelitian yang notabene akan
berhubungan dengan teori, sebutan – sebutan ilmiah serta rasionalitas. Maka
untuk itu disini akan coba dibahas mengenai metodelogi yang berhubungan dengan
kajian ilmiah yakni disebut pula Metodelogi
Penelitian. Metodelogi Penelitian dapat didefinisikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.[3]
Yang menjadi pembeda antara metodelogi dengan metodelogi penelitian adalah pada
kata Penelitian nya dimana kata
tersebut dapat identifikasikan sebagai salah satu hal yang berhubungan dengan kegiatan ilmiah yaitu dengan penggunaan pengumpulan data secara ilmiah, penganalisisan secara ilmiah, dibutuhkan
rasionalitas dalam menggiat penelitian, menghadirkan bukti empiris yang berarti dapat dipahami dan dilihat oleh manusia,
dilakukan secara sistematis sesuai
prosedur yang ada, serta yang paling penting dapat memecahkan masalah sesuai kajian ilmiah.
Masalah – masalah yang akan dikaji menggunakan
metodelogi penelitian biasanya berupa sebuah fenomena yang dimana fenomena ini
lahir akibat adanya perbedaan antara Das
sollen dengan Das sein. Untuk meriset sebuah
fenomena atau sebuah masalah diperlukan didalamnya sebuah cara untuk memecahkan
masalah atau menguji sebuah fenomena. Tidak akan mungkin jika memecahkan atau
bahkan menguji nya tidak menggunakan sebuah cara atau yang disebut pula dengan metodelogi.
Di analogikan saja jika akan membuat sebuah makanan pastilah anda akan memilih
cara memasaknya yang paling efisien, efektif serta yang palin baik atau dapat
dikatakan cara yang tepat.
Dalam metodelogi penilitian terdapat dua metode
tradisional yakni metode penelitian Kualitatif
dan metodelogi penelitian Kuantitatif
kedua sama – sama memiliki tujuan untu memecahkan masalah, namun yang
menjadi pembeda disini adalah pada tahapan proses nya dimana Kualitatif lebih mengarah kepada
fenomena dan mengulasnya sesuai dengan teori yang ada dan lebih menggunakan
pola – pola subjektifitas diamana opini yang bermain tetapi tetap tidak keluar
dari teori yang telah ada sebelumnya. Sedangkan Kuantitatif lebih mengarah kepada pengukuran yang menggunakan
beberapa rumus untuk mencapai pemecahan masalah yang berupa kesimpulan pasti
karena bermain diranah angka yang cenderung menganut ilmu pasti, dengan begitu
dapat dipastikan Kuantitatif lebih
mengarah kepada objetifitas. Perihal subjektifitas dan objektifitas memang sulit karena beberapa asumsi
menyatakan bahwa semua penelitian dan hasil dari pada penelitian bersifat
objektif akan tetapi asumsi lain menyatakan bahwa meskipun pada metodelogi
penelitian bersifat subjektif tetapi dalam penelitian yang menggunakan
metodelogi Kualitatif cenderung memiliki
subjektifitas meskipun hanya sedikit, dan perbedaan keduanya akan dibahas lebih
lanjut pada point ke tiga.
Kualitatif?
Telah diketahui
bahwa dalam meneliti sebuah fenomena dapat digunakannya dua metode yakni kualitatif dan kuantitatif, pada bagian ini akan saya jabarkan mengenai salah satu
metode yang digunakan dalam sebuah penelitian yaitu metodelogi pelitian Kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
(1975:5) mendefinisikan metodelogi kualitatuf sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang
– orang dan prilaku yang diamati. Penelitian itu diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik.[4]
Sedangkan menurut Krik dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa metodelogi
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
maupun dalam peristilahannya. [5]
Dari dua tanggapan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang fenomena
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain – lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata –
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Dari definisi –
definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian kualitatif
adalah metode yang mengangkat sebuah objek fenomena untuk diteliti dan
dikembangkan serta dikaitkan dengan berbagai macam teori serta fenomena lainnya.
misalnya, untuk sebuah fenomena video ariel yang sebelumnya marak diberitakan
oleh media padahal jika dilihat video sejenisnya banyak dipasaran tapi mengapa
ketika Ariel yang melakukannya menjadi sebuah hal yang menarik?, disanalah
dapat ditemukan Effek Hallo dari komunikasi masa dimana tak perduli apa
yang disampaikan dan apa yang ia kerjakan yang terpenting adalah siapa yang mengerjakannya, begitu dengan
Ariel karena ia seorang public figure maka akan menjadi sorotan dari banyak
pihak dan itulah mengapa menjadi sebuah fenomena. Jika dikaji menggunakan
metode penelitian kualitatif yang dicirikan sebagai segitia terbalik yakni
melakukan penilaian secara induktif maka dalam kasus video Ariel ini (Khusus) penelitian
dapat di generelasikan kepada siapa yang memberitakannya, isi
pemberitaannya serta dilihat pula effek
yang timbul dari khalayak pemirsa televisi dimana berita ini disiarkan, mungkin
dapat dikaji dengan cultural studies, simiotika atau bahkan dengan paradigma
konstrutivistik dan analisis wacarana kritis.
Penganalogian
metodelogi kualitatif sebagai piramida terbalik dapat dilihat dari penjelasan
gambar dibawah ini.
Dijelaskan bahwa segitiga terbalik ini
berusaha mencoba menjelaskan bahwa fenomena yang khusus diambil untuk diteliti
dan di jelaskan serta di petakan secara general. Dikatakan juga bahwa metode
penelitian kualitatif ini sebagai penelitian yang sedikit mengarah ke subjektifitas
karena mengapa? Fonome – fenomena tersebut dianalisis berdasarkan persepsi yang
merisetnya jika dalam satu fenomena dianalisis oleh dua orang maka hasilnya
tidak 100% akan sama meskipun menggunakan teori yang sama. Dalam kualitatif
pula sebuah teori dapat dipatahkan dari sebuah fenomena misalnya, teori jaruh
hipodermik dapat dipatahkan dengan fenomena saat ini yang berasumsi bahwa
khalayak sudah memiliki wawasan luas dan berhak memilh apa yang ia tonton jadi
harapan media untuk menyamakan persepsi mereka dengan persepsi khalayakya agak
sedikit memudar dalam kasus ini.
Metode kualitatif memiliki beberapa
sebutun ataranya yakni disebut sebagai Metode
Artistik yang cenderung prosesnya lebih bersifat seni (kurang terpola)
selain itu metode kualitatif disebut pula sebagai Metode Interpretatif karena data hasil penelitian lebih berkenaan
dengan interpretasi penguji terhadap data yang ditemukan dilapangan.[6]
Kedua sebutan itu sejalan dengan asusmsi bahwa metode kulitatif cenderung
bersifat subjektif, karena mengandalkan interpretasi penguji dalam hal ini. Selain
itu metode kulitatif juga disebut sebagai Post-Positivistik
dimana filsafat Post-positivisme memandang
realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna
dan hubungan gejala bersifat interaktif.
Perbedaan mengenai Kualitatif dan Kuantitatif ?
Ada dua kereta disiapkan untuk berjalan
pada dua rel yang berbeda yang menuju satu tujuan sama meskipun diujung nanti
tetap tidak akan perna rel A menyatu dengan rel B. Kereta A hanya dapat
berjalan pada rel A dan begitu sebaliknya kereta B hanya dapay berjalan pada
rel B, kedianya memang sudah dipasangkan dan tidak dapat berjalan jika tidak
bersama pasangannya permasalahan bukan pada boleh atau tidaknya mereka berjalan
akan tetapi tidak ada kecocokan pada komponen roda besi dan rel nya, ibarat dua
kutub magnet yang memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (-) jika
keduanya dipertemukan dalam keadaan kutub (+) bertemu kutub (+) maka akan
terjadi perlawanan karena ketidak sesuaiannya yang bukan pasangannya. Penganalogian diatas sama halnya seperti kedua
metodelogi penelitian kualitatif dan kuantitatif diaman metodelogi sebagai
relnya dan kereta sebagai fenomena yang akan dikaji. Diaman setiap fenomena
diuji berdasarkan judul yang di kecocokan apakah menggunakan metode kualitatif
atau kuantitatif ; apakah menggunakan positivistik atau post-positivistik.
Metode kuantitatif dan kualitatif sering
dipasangkan dengan nama metode yang tradisional dan metode baru; metode
positivistik dan metode post-positivistik; metode scientific dan metode
artistik; metode konfirmasi dan metode temuan; serta kuantitatif dan
interpretif.[7] Jadi, model kuantitatif
sering dinamakan metode tradisional, positivistik, scientific dan metode
discovery. Selanjutnya metode kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru,
post-positivistik, artistik, dan interpretatif.
Metodelogi penelitian kualitatif dan
kuantitatif dapat dibedakan berdasarkan kemungkinan generalisasi, diaman pada
umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi bukan
pada kedalaman informasi sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi
yang luas denggan variabel terbatas.[8]
Yang berarti selanjutnya data yang diteliti adalah data sampel yang diambil
dari populasi tersebut dengan teknik random atau probability sampling dan
berdasarkan data yang dikumpulkan seorang peneliti membuat generalisasi dan
sebagai kesimpulan peneliti akan mengkhususkan permasalahan hal disebut pula cara
kerja deduktif dimana berfikiran
secara umum – khusus, dengan kata lain berfikir sesuai pola segitiga.
Untuk metode kualitatif lebih kearah
pengeneralisasiannya di awal saat mengumpulkan sampel barulah menuju kearah
yang lebih sempit biasa disebut dengan area khusus dimana terjadinya
pengkhususan atau penyempitan dari sebuah fenomena misalnya pengaruh channer fox crime terhadap persepsi
khalayak pemirsa untuk wilayah Amerika Serikat dalam hal ini masih sangat
general karena banyak sekali kemungkinan dari persepsi khalayak pemirsa apakah
mereka berfikiran bahwa di Amerika Serikat cenderung lebih banyak masyarakat
yang berkarier dibidang hukum dan kriminal, atau sebaliknya khalayak hanya
memandang itu sebagai sebuah hiburan saja dan berapa persen prosentase dari
kedua kemungkinan itu lah yang akan mempersempit area generalisasinya maka
hanya akan ada satu kesimpulan dimana perhitungan dari prosentase terbesarlah
yang menjadi hasil dari kajian tersebut.
Sedangkan untuk kualitatif sendiri
dimulai dari sebuah hal yang khusus lalu digenerelasikan dan disangkut pautkan
terhadap hal – hal yang sekiranya dapat membantu proses pengkajian sebuah
fenomena. Hal ini disebut pula induktif atau cara berfikir segitiga terbalik.
[1] Diakses pada
tanggal 3 September 2014 diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi
[2] Ibid.
[3] Sugiyono.Metodelogi
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung; Alfabeta.2010.hlm 2
[6] Sugiyono.Metodelogi
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung; Alfabeta.2010.hlm 7
[7] Ibid. hlm5
[8] Sugiyono.Metodelogi
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.(Bandung; Alfabeta.2010).hlm
12
[9] Deddy Mulyana,Ilmu komunikasi suatu pengantar(Bandung: Rosdakarya).hlm 168
[10] Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung;
Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 88
[11] Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung;
Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 93
[12] Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung;
Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 87
[13] Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung;
Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 154
[14] Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung;
Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 153
[15] Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung;
Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 158
[16]
Syaiful.Halim.Postkomodikasi Media.(yogyakarta;
Jalasutra,2013).hlm13
Ngebantu banget deh Nat, makasih ya, haha - ari
ReplyDelete