Sunday 30 September 2018

Me-nikah

Berpikiran untuk menikah dizaman sekarang ini mungkin terlalu beresiko.

Masalahnya, banyak aspek yang harus di pertimbangkan. Belum ngejar karier, belum siap ngejalanin hubungan serius, masih asik sendiri ga ada yang ngatur - ngatur, nanti gak bisa seneng-seneng nonton midnight, jalan - jalan nyari diskonan, nongkrong bareng temen - temen, belum cukup ilmu buat ngurus suami dan rumah tangga. Masih banyak lagi deh ketakutan – ketakutan yang terlintas di pikiran gue saat itu.

Percayalah girls itu cuma parnoan gue doang, semuanya ternyata lebih seru di lakuin berdua bareng suami (bukan pacar ya hehe).
menikah ga separah yang di bayangin kok, sejujurnya ketakutan itu yang gue rasain awal dulu sebelum menikah. Apa iya gue bisa?, Apa iya hari - hari gue bakalan seseru dulu waktu masih lajang? 

Tapi ternyata menikah itu banyak benefitnya loohh

Buat yang suka anak bayi, sekarang bisa bikin bayi sendiri made by custom (custom-made) wkwkwk..

Kalau dulu jarang banget ada temen curhat yang tau semua cerita dari A-Z isi hati gue. Sekarang ada suami temen curhat yang setia ngedengerin cerita gue, yaa mungkin kadang dia juga ga ngerti karena gue ngomongnya kecepetan atau berbelit – belit. Tapi percayalah suami yang baik itu akan ngangguk dan rela ngedengerin meskipun dia ga paham dan dia ngantuk "sebenernya istri gue cerita apa sih?!" hahaha.

Kalau mikirnya dengan adanya suami jadi ga asik karena pasti dia kaku banget ga seseru ngobrol bareng sahabat – sahabat gue. Ternyata dong yaaa dia lebih gokil, sering banget kita cerita dari ketawa sampe nangis, bahkan dari nangis sampe ketawa.

Salah satu yang paling berubah untuk pertama kalinya adalah setelah 23 tahun gue menikmati kamar sendirian (maklum namanya juga anak tunggal),  akhirnya gue punya room mate
Eitss.. ga sesumringah gitu juga gue menyambut room mate baru ini, masalahnya gue pasti risih karena seumur-umur gue ga pernah berbagi kamar, apalagi tempat tidur sama orang lain.
Dan bener kan, di minggu – minggu pertama, ga cuma soal berbagi tempat tidur, ternyata harus berbagi soal isi lemari juga hahaha  (apalagi rak sepatu, you know girls sepatu laki segede - gede apa kannn). haha

Tapi dari semua itu yang gue syukuri sudah memutuskan menikah adalah... Pahala

Gimana ga bersykur, dulu yang tadinya punya pacar ngajak jalan di mall, pegang-pegangan, liat-liatan aja dosa cuy. Sekarang kalau mau cari pahala gampang, pegang aja tangan suami, pijitin, liatin matanya yang udah capek seharian di marahin bos, macet-macetan, kerja lembur, belum lagi sampe rumah udah di titipin jajanan sama istri "bang mampir beli potabee sama susu ultra ya" Kasian kan ya. Haha.
Overall pas ni bulan ke3 gue punya suami. semuanya masih baik - baik aja dan aman terkendali sih ya.. (apa karena baru 3bulan, yah semoga bulan – bulan dan tahun - tahun selanjutnya semakin indah yeee)

Untuk suamiku (kalau baca) terimakasih untuk cintanya, terimakasih untuk kasih sayangnya, terimakasih untuk perjuanganya, terimakasih untuk setiap lelah yang kamu lewati demi bahagiaku.  Semoga pernikahan ini jadi ladang amal dan pahala untuk kita. Aamiin

**dan bagi yang jomblo segera di dekatkan jodohnya. (ini gue doain juga)**
30 September 2018









Share:

Tuesday 5 September 2017

Setelah Hibernasi


Assalamualaikum, tanggal berapa sekarang? apa yang ku lewatkan?,  itu yang terlintas setelah sekian lama tidak membuka laman ini.

Kalau di hitung memang sudah lebih dari setahun tanpa kabar dilaman ini, setelah tulisan terakhir aku di bulan februari 2016 lalu.

Banyak yang berubah setelah setahun kemarin rajin menulis tentang beberapa catatan kuliah, dan berhenti di kala urusan skripsi yang menyita waktu, pikiran dan perasaan (*eh).

Perubahan yang di sebut - sebut itu terasa setelah pernyataan lulus dari tiga penguji di dalam ruang sidang. hmm aneh rasanya keluar pintu kala itu dengan cap pengangguran. Meski sahabat - sahabat yang nunggu di depan ruang sidang menyambut dengan bahagia, tapi ya kok tetep aja rasanya jadi pengangguran tuh ga seneng. Yahh aku pikir lumayan lah minimal malam ini bisa tidur nyenyak, setelah tiap malam mimpiin skripsi terus.

Beberapa bulan setelah itu wisuda dan itu berarti sama saja perayaan hari pengangguran untuk aku pribadi, hehe. Meskipun aku sangat - sangat bersyukur bisa membanggakan papa dan mam juga di hari itu. Aku dan beberapa Wisudawan lainya terpilih menjadi mahasiswa berprestasi dalam wisuda kali ini, yang otomatis perlakuan istimewa juga di berikan ke pada orang tua kami yang saat itu ikut menghadiri wisuda.

Singkat nya setelah itu aku diterima kerja di salah satu televisi swasta di Indonesia. Bahagia pastinya, karena impian sejak SMK ingin bekerja di televisi terkabul, apalagi ini adalah salah satu stasiun televisi yang punya integrasi terbesar di Indonesia (tau dong jawabanya, tanpa di sebut merk) hehe.

Pulomas - Kebon sirih adalah rute sehari - hari dari mulai bulan pertama yang berangkat jam 7 pagi dan pulang jam 7 malam (yah kadang jam 10 malam karena sempet mampir ke TIM). Sampai berangkat pagi pulang dini hari, atau kadang berangkat dini hari pulang besok paginya (nah kalau ini gak ada waktu mampir ke TIM lagi), masa - masa seperti itu kadang suka dapet sms dari mama "ka mampir ke rumah lagi ga? atau langsung nginep di kantor?" hahahaha. Di tanya capek, gak terasa sama sekali yang ada setiap nonton program yang ada karya aku sendiri itu bangga banget, mungkin karena kepuasan nya disitu meskipun tiap tanggal 25 puas juga nengokin ATM hahaha.

Sebelumnya aku tidak pernah berfikir bahwa kisah cinta dengan pekerjaan ini akan berakhir, tapi ternyata penghujung sudah menghampiri. Aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaan yang selama ini aku impikan. Sedih pastinya tapi ada tanggung jawab dunia akhirat yang harus aku penuhi, yaitu harus membantu papa dan mama.

Jadi anak tunggal yang di besarkan dengan pengaruh besar dari orang tua memang susah buat bilang "gak" kalau papa atau mama mengeluarkan perintah. Sedih rasanya kalau ngeliat mereka kecewa karena anaknya gak nurut.

Beberapa bulan memang agak berat setelah harus resign dari kantor, tapi sekarang sudah mulai terbiasa dan sekarang aku sudah mulai punya kesibukan baru dengan mengurus bisnis salon mama dan bisnis papa.

Di sela waktu luang juga aku isi dengan membuat video seputar makeup

Pelajaran yang aku dapat dari perjalanan ini adalah bisa membahagiakan orang tua dengan jadi anak yang nurut itu membuat hidup ini lebih bahagia loh. Itu alasanya mengapa kepentingan papa dan mama jadi prioritas nomor satu buat aku, karena kebahagiaan yang sesungguhnya adalah melihat mereka bahagia.


eh iya ini sekalian promosi channel youtube hehehe

https://www.youtube.com/channel/UCSMSNxmwHjUqhPQItstM5Mw/featured?view_as=subscriber



Share:

Tuesday 6 October 2015

Semiotika

Semiologi atau semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan peotika. Akar namanya sendiri adalah “semeion”, nampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simptomatologio dan diagnostic inferensial (sinha, 1988: 3). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
Aristoteles delam hal ini sangat dekat dengan konsep penanda semacam ini. Penggantinya, mazhab Stoa, mengelaborasinya kedalam sebuah teori penyimpulan yang ketat (Eco, 1984 : 15), bahwa tanda adalah sebuah proposisi yang dikonstitusi oleh koneksi yang valid dan menjelaskan kepada konsekuensinya. Jelaslah bahwa pada masa ini studi tentang tanda lebih mengarah pada operasi penalaran (logika) dan kemungkinan – kemungkinan pengetahuan (epistimologi). Ada catatan khusus terhadap Aristoteles yang mengaggap bahwa “pikiran” dapat di pertimbangkan sebagai “wakil – wakil dari hal – hal”, dan bahasa dalam hal ini adalah tanda dari pikiran. Aristoteles mengatakan bahwa kata – kata adalah “tanda – tanda dari afeksi – afeksi jiwa”. Aristoteles (Ross. 1928: 16a) menyatakan:
            “Spoken words are the signs of affections of the soul, and written words are the signs of spoken words. Just as all men have not same writing. So all men have not the same speech sounds, but the affections of the soul wich these signify are the same for all, as also are those things of which our experiences are images.”
Kata – kata tuturan adalah tanda – tanda dari afeksi – afeksi jiwa, dan kata – kata tulis adalah tanda – tanda dari kata – kata tuturan. Sebagaimana semua manusia tidak memiliki tulisan yang sama, demikian pula semua manusia tak memiliki suara tuturan yang sama, tetapi afeksi – afeksi jiwa yang ditandai oleh kata – kata tuturan adalah sama bagi segalanya, sebagaimana juga hal – hal dari pengalam – pengalam kita adalah imaji  - imaji.
Pada awalnya sejak kemunculan semiotika yang di diperkenalkan oleh Saussure dan Pierce, maka semiology menitik beratkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan dengannya.Meskipun dalam semiotika Peirce masih ada kecenderungan meneruskan tradisi Skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan Saussure menekankan pada linguistic, pada kenyatannya semiologi juga membahas signifikasi dan komunikasi yang terdapat dalam system tanda non linguistik.Sementara itu, bagi Barthes (1988: 179) semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal – hal (things).[1]

     Terma semiotik bukanlah istilah baru, istilah ini berasal dari kata Yunani, semion, yang berarti tanda atau dari kata semeiotikos , yang berarti teori tanda. Menurut Paul Colbey, kata dasar semiotik dapat pula diambil dari kata seme (Yunani) yang berati “penafsir tanda”. Akan tetapi, meskipun semiotik sudah dikenal sejak masa Yunani, sebagai salah satu cabang keilmuan, semiotik baru berkembang sekitar tahun 1900-an. Istilah keilmuan, semiotik pun digunakan pada abad ke-18 oleh Lembert, seorang filsif jeman. Selain Lembert, menurut R.H. Robin (1995: 258) terdapat beberapa ahli yang mempersoalkan tanda, yaitu Wilhelm von Humbolt dan Schliercher.
            Perbincangan sistematis semiotik menempati posisi signifikan dalam khaxanah ilmu pada abad ke-20, yaitu ketika logosentrisme menempati posisi penting dalam filsafat. Arus wacananya digulirkan dua tokoh founding father  semiotik, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Pierce melalui karya anumerta. Meskipun hidup sezaman, kedua orang ini tidak saling mengenal karena tempat tinggal mereka berjauhan. Saussure berada di daratan Eropa, sedangkan Pierce berada di daratan amerika. Erus wacana semiotik yang mereka introdusir hampir bersamaan, sekalipun menyadarkan perinsip semiotik pada landasan yang berbeda hingga melahirkan konsep yang berbeda pula. Karena disiplik ilmu yang mereka tekuni berbeda, Pierce seorang pakar bidang linguistik dan logikam sedangkan Saussure seorang pakar linguistik modernm ada perbedaan mendasar dalam penerapan konsep – konsep semiotik sekarang ini.
            Berkat pemenemuannya dalam bidang semiotik, Ferdinand de Saussure (1875 – 1913) dinobatkan sebagai “Bapak Semiotika Modern” bersama – sama Charles Sanders Pierce (1839 – 1914). Semiotik pun menjadi yren dalam wacana pemikiran dengan lahirnya karya yang di beri lebel semiotik “sign” .[1]
Semiotika (juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dankomunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik, yang untuk sebagian, mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, berbeda dari linguistik, semiotika juga mempelajari sistem-sistem tanda non-linguistik. Semiotika sering dibagi menjadi tiga cabang:
1.      Semantik: hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; denotata mereka, atau makna
2.      Sintaksis: hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal
3.      Pragmatik: hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen
Semiotika sering dipandang memiliki dimensi antropologis penting; misalnya, Umberto Eco mengusulkan bahwa setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi.[2] Namun, beberapa ahli semiotik fokus pada dimensi logis dari ilmu pengetahuan. Mereka juga menguji area untuk ilmu kehidupan - seperti bagaimana membuat prediksi tentang organisme, dan beradaptasi, semiotik relung mereka di dunia (lihat semiosis). Secara umum, teori-teori semiotik mengambil tanda-tanda atau sistem tanda sebagai objek studi mereka: komunikasi informasi dalam organisme hidup tercakup dalam biosemiotik (termasuk zoosemiotik).
Sintaksis adalah cabang dari semiotika yang berhubungan dengan sifat-sifat formal tanda dan simbol.[3] Lebih tepatnya, Sintaksis berkaitan dengan "aturan yang mengatur bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa dan kalimat".
Charles Morris menambahkan bahwa semantik berkaitan dengan hubungan tanda-tanda untuk designata mereka dan benda-benda yang memungkinkan atau menunjukkan; dan, penawaran pragmatik dengan aspek biotik dari semiosis, yaitu dengan semua fenomena psikologis, biologis, dan sosiologis yang terjadi dalam fungsi tanda-tanda.
Dari semiotika Ferfinand de Saussere  kemudian hingga masuk kepada semiotika Charles Sanders Pierce, kemudian bermunculan para ahli semiotika yang menggunakan jenis paradigm yang sama dengan kedua penemu ini yaitu paradigm konstruktifis, lalu sampai pada era Roland Barthes yang memiliki perbedaan pada cara pandang memandang kasus semiotika ini, dimana Barthes memandang semiotika menggunakan paradigm kritis meskipun tak dipungkiri terkadang Barthes bermain di dua wilayah yakni konstruktifis seperti para pendahulunya dan kritis.

[1]Rusmana Dadan. 2014. Filsafat Semiotika. Bandung : Pustaka Setia. Hlm 20
[2]Caesar, Michael. 1999. Umberto Eco: Philosophy, Semiotics, and the Work of Fiction. Wiley-Blackwell. hlm. 55. ISBN 978-0-7456-0850-1.
[3]The American Heritage Dictionary of the English Language: Syntactics



[1]Kurniawan. 2001.Semiologi Roland Barthes. Jakarta : Indonesiatera. Hal 53
Share: